A. Albert Bandura
1. Riwayat Hidup
Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di sebuah kota kecil yang
terletak sekitar 50 mil dari kota Edmonton Kanada.Ia anak terakhir dari
enam bersaudara .Pendidikan awal Bandura di sebuah sekolah kecil yang
hanya ada dua orang guru.Menurut Bandura ,pendidikan
awal yang ia lalui serba keterbatasan termasuk keterbatasan akses
terhadap sumber daya pendidikan,oleh karena itu Bandura dan siswa-siswa
lainnya ikut bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri.(
Stokes,1986 ).
Bandura menyadari bahwa “isi buku tehs paling mudah rusak “ ( Stokes,1986).Pengalaman-pengalaman
awal inilah yang munkin telah berkontribusi terhadap penekanan Bandura
tentang pentingnya lembaga pribadi.Albert Bandura segera menjadi
terpesona oleh psikologi setelah
mendaftar di University of British Columbia.Setelah belajar selama tiga
tahun di universitas itu ia lulus pada tahun 1949.Kemudian Bandura
melanjutkan ke sekolah pascasarjana di
Universitas of Lowa.Program ini mengambil minat pada teori belajar
social .Bandura belajar di universitas ini sampai memperoleh gelar Ph.D
pada tahun 1952.
Karir Albert Bandura
Setelah mendapat gelar Ph.D ,Bandura ditawari posisi sebagai tenaga pengajar
Stanford University ,Bandura menerima tawaran tersebut dan terus bekerja di uni
versitas itu .Selam bekerja di universitas ini ia tertarik pada studi agresi remaja khusususnya pada perwakilan,model pembelajaran dan imitasi.
Disamping
Bandura mengajar di Stanford University dari tahun 1953 ,Bandura juga
menjabat sebagai presiden APA ( American Psychological Association )
pada tahun 1974.Kemudian pada tahun 1980 Bandura menerima penghargaan
APA untuk kontribusi ilmiah Distinguished.
1. Teori Bandura
Menurut Albert Bandura ,belajar itu lebih sekedar perubahan perilaku.Belajar
adalah pencapaian pengetahuan dan prilaku yang didasari oleh pengetahuan tersebut.
Teori ini sering disebut dengan teori kognitif social .(Djaali,2007 : 93 ).
Teori kognitif social menekankan pentingnya pengalaman,imitasi belajar dan
pemodelan .Bandura (1977) , menjelaskan bahwa belajar akan sangat melelahkan ,
belum lagi berbahaya,jika orang harus bergantung hanya pada efek dari tindakan
mereka
sendiri untuk membantu mereka apa yang harus dilakukan.Teori Bandura
mengintegrasikan interaksi yang terus menerus antara prilaku,kognisi dan
lingkungan.Teori belajar social menempatkan “reciprocal determinism”
sebagai prinsip dasar untuk menganalisa fenomena psikososial dalam berbagai tingkat yang kompleks,terentang dari perkembangan intrapersonal,tingkah laku interpersonal,fungsi interaksi organisasi sampai ke system social.Jadi Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai bahwa prilaku bisa dibentuk melalui belajar.( Syamsu Yusuf DKK,2007 :133 ).
Lewat
teori observational learning,Bandura beranggapan bahwa masalah proses
psikologi terlalu dianggap penting ,atau sebaliknya hanya ditelaah haya
sebagian saja .Orang dapat melibatkan diri dalam pikiran simbolik,orang
cendrung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar ,dan
lingkungannya dapat dipengaruhi prilaku tiruan.Menurut Bandura ,yang
penting adalah kemampuan seorang untuk mengabtraksikan informasi dari
prilaku orang lain.Pengambilan keputusan dilakukan mengenai prilaku mana
yang akan menjadi alternative dan kemudian melakukan prilaku yang
dipilih.Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar
dalam situasi alami .Hal ini berbeda dengan situasi dilaboratorium atau
pada lingkungan social yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola
prilaku beserta konsekwensinya.( Djaali,2007 :93 )
Kritik Bandura terhadap belajar itu sebagai hubungan antara stimulus dan respons adalah :
(1) Kurang
menjelaskan tentang diperolehnya respons yang baru .Dalam situasi alami
,menurut Bandura orang akan berbuat lebih banyak dari pada sekedar
meniru prilaku yang telah ada.
(2) Hanya mengamati direct learning (belajar langsung) ,yaitu orang berprilaku sesuatu
dan mengalami akibatnya.Sebaliknya Bandura mengatakan bahwa seorang
anak dalam hubungan pribadinya dengan orang dewasa ,melalui intraksi
anak dengan orang tuanya ,dengan perasaan irinya dan
sebagainyamenyebabkan anak meniru prilaku tertentu.( Djaali,2007 :93)
Prilaku
seseorang dan lingkungan itu dapat dimodifikasi.Contoh buku tidak
berpengaruh pada seseorang,kecuali ada orang yang menulisnya dan orang
yang membacanya.Begitu pula hadiah dan hukuman tidak akan banyak
bermakna,kecuali diikuti lahirnya prilaku yang diharapkan.
Peranan utama model prilaku dari luar dirinya,memberikan berbagai kemungkinan pada dirinya yaitu :
(1) Prilaku itu dicontohkan /ditiru,
(2) Prilaku itu memperkuat atau memperlemah,
(3) Prilaku itu menyebabkan prilaku itu pindah keprilaku yang sama sekali baru.
Urutan
langkah dalam obsevasi pembelajaran adalah model prilaku;model
diperhatikan;prilaku di kode dan di simpan;diperoleh kode
simbolis;motivasi berprilaku;kemampuan berperilaku;dan perilaku(
Djaali,2007 : 94 )
2. Implikasi Teori Bandura Terhadap Pendidikan Sekolahan
Dengan
menggunakan konsep dasar psikologis ,khususnya dalam konteks pandangan
behaviorisme ,kita dapat menyatakan bahwa peraktik pendidikan itu pada khakikatnya merupakan usaha conditioning yaitu penciptaan seperangkat stimulus yang diharapkan pula menghasilkan pola-pola prilaku (seperangkat respons ) tertentu . ( Abin Syamsudin Makmun,2007)
Bandura dalam Robert J Sternberg (2008) sebagai bagian dari behaviorisme berpendapat bahwa pembelajaran tampaknya menjadi hasil bukan hanya dari penghargaan langsung dari perilaku.Ia juga bisa bersifat social ,yaitu hasil dari pengamatan-pengamatan terhadap penghargaan dan penghukuman yang diterima orang lain .Pandangan ini menekankan cara kita mengamati ( observasi ) dan memodelkan perilaku kita berdasarkan prilaku orang lain.Kita belajar lewat contoh ( modeling ).
Inti
dari belajar melalui observasi adalah modeling.Peniruan atau meniru
sesungguhnya kurang tepat menggantikan kata modeling,karena modeling
bukan sekedar menirukan atau
mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain bisa guru ),tetapi
modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang
teramati,menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses
kognitif.
Alwisol
(2010).mengadakan penelitian terhadap tiga kelompok anak taman
kanak-kanak : kelompok pertama disuruh mengobservasi model orang dewasa
yang bertingkah laku agresif,fisik dan verbal,terhadap boneka karet
.Kelompok kedua diminta mengobservasi model orang dewasa yang duduk tenang tanpa menaruh perhatian terhadap boneka karet dihadapannya.Kelompok ketiga menjadi kelompok control yang tidak ditugasi mengamati dua jenis model itu.Ketiga anak itu di buat mengalami frustasi ringan ,dan setiap anak sendirian ditempatkan dikamar
yang ada boneka karet seperti yang dipakai penelitian.Ternyata tingkah
laku setiap kelompok cendrung mirip dengan tingkah laku model yang diamatinya.Kelompok pertama bertingkah laku lebih agresif terhadap boneka di banding kelompok lain.Kelompok kedua sedikit lebih agresif disbanding kelompok control.
Melalui
modeling seorang guru dapat merubah peserta didik dikelas untuk
memperoleh tingkah laku baru,ini dikarenakan adanya kemampuan kognitif
yang dimiliki peserta didik.dengan kemampuan kognitif peserta didik
dapat mentransform apa yang dipelajarinya menjadi pola tingkah laku
baru.
Modeling di samping bisa diperankan oleh guru,orang tua atau orang dewasa lainnya,akhir-akhir ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik .Film dan televise menyajikan contoh tingkahlaku yang
tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatannya.Sajian itu
berpotensi sebagai sumber model ( Alwisol,2010 :293 ).Oleh karena begitu
pentingnya modeling berbentuk simbolik baik melaui film dan televsi
maka banyak ormas-ormas yang berkepentingan dengan dunia pendidikan
berlomba –lomba untuk membuat film yang bertemakan misi mereka, seperti
yang dilakukan oleh
Muhammadiyah bekerja sama dengan produser film memproduksi film yang
berjudul “Sang Pencerah “.Melalui film ini Bramantio sang sutradara
menginginkan umat Islam termasuk warga Muhammadiyah dan para siswa
Muhammadiyah meneladani perjuangan K.H.Ahmad Dahlan .
Modeling
bisa dikondisikan,artinya seorang guru bisa membuat model-model
pembelajaran ,dimana peserta didik diberi tugas mengamati objek tertentu
,diharapkan dari pengamatan itu muncul respon.konsekwensi dari suatu
respons mempunyai tiga fungsi yaitu pemberi informasi,memotivasi
tingkahlaku yang akan datang dan sebagai penguat tingkah laku.(
Alwisol,2010 :294 )
2. Lev Vyigotsky
1. Riwayat Hidup
Lev
Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu
kota Orscha, Belorussia dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi.
Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu kota sekitar 400 mil bagian barat
Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi
kesusastraan dan analisis sastra, dan menjadi seorang penyair dan
Filosof
Memasuki
usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare's Hamlet
yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai
psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan
dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil
mengambil studi kesusastraan pada salah satu universitas swasta. Dia
menjadi tertarik pada psikologi pada umur 28 tahun.
Vygotsky
mengajar kesusastraan di suatu sekolah Propinsi sebelum memberi kuliah
psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah
psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi.
Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga
menulis disertasi Ph.D. mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute
of Psychology pada tahun 1925.
Vygotsky
bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam
membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal
dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan
yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi
politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah
dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun),
pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah
seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan
dipelajari oleh mahasiswanya.
Kepeloporannya
dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak
mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya
berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.
Karir Vigotsky
Lev Vygotsky adalah seorang penulis yang produktif,menerbitkan enam buku tentang
topic psikologi selama sepuluh tahun.Minatnya cukup beragam,tapi sering
berpusat pada topic perkembangan anak dan pendidikan,Ia juga
menjelajahi topic-topik seperti psikologi perkembangan ,seni,dan bahasa.
2.Teori Lev Vygotsky
Menurut
Vygotsky ,fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi social,Vygotsky
berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih
sistematis,logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan
seorang penolong yang ahli,dengan demikian orang lain dan bahasa
memegang peranan penting dalam perkembangn kognitif anak ( Berninger
dalam John W.Santrock,2007 : 264 )
Adapun teori-teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif sebagai berikut :
a. Zona Perkembangan Proksimal
Zona
perkembangan proksimal ( Zona of Proximal Development/ZPD ) adalah
istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak
seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang
dewasa atau anak-anak yang terlatih .Oleh karena itu batas bawah dari
ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak
yang bekerja secara mandiri.Batas ats adalah tingkat tnggung jawab
tambahn yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang
instruktur.( John Santrock,2007 : 264 )
b. Scaffalding
Konsep
yang terkait dengan konsep ZPD adalah konsep scaffolding.Scaffalding
adalah istilah yang terkait perkembangan kognitif yang digunakan
Vygotsky yang mendeskripsikan perubahan dukungan sesi
pembelajaran,dimana orang yang lebih terampilmengubah bimbingan sesuai
tingkat kemampuan anak.( John W.Santrock,2007 : 265 )
Bahasa dan Pikiran
Penggunaan
dialog sebagai alat scaffalding hanyalah salah satu contoh peran
penting bahasa dalam perkembangan anak .Menurut Vygotsky anak
menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi social ,tetapi juga
membantu membantu mereka menyelesaikan tugas.Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa untuk merencanakan,membimbing dan memonitor perilaku
mereka .Penggunaan bahasa untuk kemandirian pribadi disebut private
speech dan alat yang penting bagi pikiran selama tahun-tahun awal masa
anak-anak.( John W. Santrock,2007 : 265 )
c.Sosiokultur Teori
Vygotsky menyatakan bahwa manusia dari hasil perkembangan interaksi dinamis antara individu dan masyarakat .Melalui interaksi ini ,anak-anak belajar secara bertahap dan terus menerus dari orang tua dan guru,belajar ini,bagaimanapun dapat bervariasi dari satu budaya ke yang berikutnya.Penting untuk dicatat bahwa teori vygotsky menekankan
sifat dinamis dari interaksi ini.Masyarakat tidak hanya mempengaruhi
orang,tetapi orang juga dapat mempengaruhi masyarat.
3. Implikasi Pandangan Vygotsky dalam Pendidikan Sekolah
Vygotsky telah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan manusia dengan membuka wawasan baru melalui perspektif cross cultural,
lintas budaya. Di samping itu, Vygotsky juga telah menanamkan adanya
proses akselerasi dan peningkatan kadar mental dalam menempuh
pendidikan.
Semuanya ini membawa konsekuensi terhadap perubahan masyarakat informasi, information based society yang menuntut terciptanya human capacity development,
pengembangan kapasitas manusia. Hanya saja, semuanya dapat menjadi
kendala besar terhadap kajian gender, rakyat kecil, dan daerah terpencil
di dalam mengembangkan kapasitas manusia.
Oleh
karena itu kita hendaknya berpikir dan bertindak cepat dalam
menciptakan fleksibilitas, keterbukaan, berpikir kritis dan kreatif dan
menumbuhkan dexterity,
ketangkasan, dalam memahami masyarakat yang berbasiskan informasi
seperti sekarang ini. Hal inilah yang merupakan kelanjutan dari
pemikiran Vygotsky tentang cultural, budaya.
Di
Indonesia, program penelusuran bakat dan minat yang dikembangkan oleh
beberapa universitas negeri dan swasta adalah salah satu bagian yang tak
terpisahkan dengan pandangan Vygotsky yang melihat umur bukanlah hal
yang sangat prinsipil dalam mengembangkan kreativitas anak.
Di
Perguruan tinggi sekelas Institut Teknologi Bandung (ITB) dan beberapa
universitas lainnya, telah mengembangkan program penelusuran bakat dan
minat yang mereka beri nama jalur Penelusuran Minat, Bakat, dan Potensi
atau disingkat (PMPB).
Begitu
pentingnya menggali dan mengkonstruksi potensi peserta didik, mereka
memberikan ujian masuk tersendiri yang terpisah dari ujian masuk
mahasiswa pada umumnya.
Program
eskalasi dan akselerasi di sekolah dasar seperti yang banyak
dikembangkan an dibicarakan sehubungan dengan keinginan untuk menggali
potensi anak berbakat merupakan kontribusi Vygotsky dalam mengembangkan
pendidikan.
Eskalasi mengandung pengertian penanjakan kehidupan mental, sedangkan akselerasi, acceleration,
secara singkat diterjemahkan percepatan. Lebih jauh, membagi pengertian
akselerasi ke dalam dua bagian. Pertama, akselerasi sebagai model
pelayanan pembelajaran. Kedua, akselerasi kurikulum atau akselerasi
program.
Pengertian
yang pertama dapat dijalankan dengan memberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya kepada anak berbakat untuk melompat ke tingkat yang
lebih tinggi. Misalnya, seorang anak kelas II SD memiliki kemampuan lebih tinggi pada mata pelajaran matematika.
Setelah
diberikan tes kemampuan ternyata anak itu memiliki kemampuan yang sama
engan kemampuan anak yang berada di kelas III SD, maka anak tersebut
diberi kesempatan untuk duduk di kelas III SD khusus untuk mata
pelajaran matematika dan tetap berada di kelas II SD untuk mata
pelajaran lainnya. Sedangkan pengertian yang kedua dapat dijalankan
dengan melakukan peringkasan program.Misalnya, program yang sebenarnya
ditempuh dalam waktu empat bulan dapat dipercepat menjadi satu bulan
tanpa mengubah kualitas isi yang diberikan. Di sisi lain, program
eskalasi dapat dijalankan dengan memberikan pengayaan materi yang
memperhatikan fleksibilitas dan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif.
Seperti
dalam program akselerasi, program pengayaan dapat dilakukan secara
horizontal dan vertikal. Pengayaan horizontal mengandung pengertian
kesejajaran tingkat pengayaan yang diberikan kepada kelas yang sama,
sedangkan pengayaan vertikal dapat dijalankan dengan memberikan
pengayaan pada kelas yang lebih tinggi.
3. Kesimpulan
Dari
uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kedua tokoh yaitu Albert
Bandura dan Lev Vigotsky mempunyai peranan penting dalam perkembangan
dunia pendidikan ,keduanya memiliki teori-teori yang sampai sekarang
masih sangat layak didiskusikan dan diimplementasikan dalam dunia
pendidikan.Adapun perbandingan kedua teori tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Menurut Albert Bandura ,belajar itu lebih sekedar perubahan perilaku.Belajar adalah pencapaian pengetahuan
dan prilaku yang didasari oleh pengetahuan tersebut.Teori ini sering
disebut dengan teori kognitif social. Teori kognitif social menekankan
pentingnya pengalaman,imitasi belajar dan pemodelan atau
modeling.Melalui modeling seorang guru dapat merubah peserta didik
dikelas untuk memperoleh tingkah laku baru,ini dikarenakan adanya
kemampuan kognitif
yang
dimiliki peserta didik.dengan kemampuan kognitif peserta didik dapat
mentransform apa yang dipelajarinya menjadi pola tingkah laku baru.
Modeling di samping bisa diperankan oleh guru,orang tua atau orang dewasa lainnya,akhir-akhir ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik .Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatannya.Sajian itu berpotensi sebagai sumber model
2. Teori
kognitf social budaya yang dicetuskan oleh Lev Vygotsky adalah teori
kognitif yang mengutamakan bagaimana intraksi social budaya menuntun
perkembangan kognitif.Vygotsky menggambarkan perkembangan anak sebagai
sesuatu yang tidak terpisahkan dari aktivitas social dan budaya,ia
percaya perkembangan ingatan ,atensi dan penalaran mencakup belajar menggunakan
penemuan masyarakat seperti bahasa,system matematis dan strategi
ingatan.Vygotsky juga menekanka bahwa interaksi social anak dengan orang dewasa yang
lebih terampil serta teman sebaya adalah penting dalam meningkatkan
kognitif.Dengan bimbingan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
terampil diharapkan potensi anak dapat berkembang secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.(2010),Psikologi Kepribadian,Malang,UMM Pres
Djaali,Haji .(2007),Psikologi Pendidikan,Jakarta,PT Bumi Aksara
Makmun,Abin Syamsudin .(2001 ),Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul,Bandung,PT Remaja Rosdakarya
Nur, Mohamad dan Wikandari, P. Retno. 2004. Pengajaran Berpusat kepada
Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. UNESA, PSMS.
Oahar, Ratna Willis. (1988). Konstruktivisma dalam Mengajar dan Belajar
(Makalah)
Ormrod, Jeanne Ellis. 1995. Educational Psychology Principles and Aplications, New
Jersey, Prentice Hall.
Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology-Theory and Practice. Fourth
Edition. Boston, Allyn and Bacon.
Santrock,John W.(2007),Perkembangan Anak Jilid I,Jakarta,Erlangga
Santrock,John W.(2007),Adolecence Tenth Edition,New York,Mc Graw Hill
Stenberg,Robert J.(2010),Psikologi Kognitif,Yogyakarta,Pustaka Pelajar
Supamo, Paul 2006, Filsafat Konstruktivisme dam Pendidikan. Yogyakarta,
Vygotsky’s (2003),Educational Theory in Cultural Context, Cambridge Universty
press
Yusuf LN,Syamsu DKK (2007),Teori Kepribadian,Bandung,PT Remaja Rosdakarya
Clark,D. 000. Constructivism. http://www.nwlink.com/~donclark/history/history.html
No comments:
Post a Comment