Abdul Muis merupakan salah satu tokoh sastrawan yang terkenal dari
angkatan Balai Pustaka. Karyanya yang terkeal adalah Salah Asuhan
Abdul muis juga merupakan seorang wartawan yang aktif menulis di harian
De Express. Karangannya yang banyak dimuat diharian itu selalu mengecam tulisan
orang-orang Belanda yang sngat menghina bangsa Indonesia. Ia kemudian terjun ke
dunia politik dengan menjadi anggota sarekat islam. Ia kemudian terilih menjadi
wakil sekertaris islam dalam volksraad untuk priode 1920-1923.
Bersama H.O.S Tjokroaminoto, Abdul Muis menuntut pemerintah belanda untuk
membentuk parlemen dari rakyat, pemerintah juga harus bertanggung jawab kepada
parlemen.
Pada tahun 1913 ia bersama tokoh-tokoh pergerakan Nasional lainnya
seperti Ki Hajar Dewantara, mendirikan komite Bumiputra. Komite ini awalnya
dibentuk untuk menentang rencana Pemerintah Belanda mengadakan perayaan
peringat seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis. Pada
tahun 1922 Abdul Muis ditangkap Belanda karena memimpin pemogokan buruh di
Yogyakarta. Ia lalu dibuang di Garut. Jawa Barat
Abdul Muis merupakan salah satu penggagas berdirinya Sekoah Tinggi Teknik
di Bandung bernama Tehnische Hooge School yang sekarang menjadi Institut
Teknologi Bandung. Abdul muis wafat pada 17 Juni 1959. Pemerintah
menganugerahinya gelar Pahlawan Pergerakan Nasional pada tanggal 30 Agustus
1959 berdasarkan S.K Presiden RI No. 218/Tahun 1959