A. Asumsi
Dasar Skiner
Skiner bekerja dengan tiga asumsi
dasar, dimana asumsi pertama dan kedua menjadi asumsi psikologi pada umumnya,
bahkan menjadi semua merupakan asumsi pendekatan ilmiah.
1.
Tingkah laku itu mengikuti hukum
tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan,
menunjukan bahwa peristiwa tertentu
berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.
Tingkah laku dapat diramalkan (behavior
can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan
hanya menangani peristiwa masa lalu, tetapi juga peristiwa akan datang. Teori
yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai
tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3.
Tingkah laku dapat dikontrol (behavior
can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk
sedikit/banyak tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana
terjadinya tingkah laku, tetapi juga ia sangat berkeinginan memanipulasinya.
Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yang menganggap
manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinner memandang
tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedangkan pandangan
tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri
secara spontan.
B. Struktur
Kepribadian
Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari
pada aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif
tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku, yaitu:
1. Tingkah laku
responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan (elicited)
organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon
itu. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur
ketika melhat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa
takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.
2. Tingkah laku
operan (operant behavior); respon yang dimunculkan (emitted)
organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya
respon itu. Terjadinya proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru.
Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya
untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih tergantung
kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi
yang mengikuti respon itu.
Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian elemen
struktural. Dalam situasi yang sama, tingkah laku seseorang dapat berbeda-beda
kekuatan dan intensitasnya. Namun, hal itu tidak harus diartikan sebagai akibat
dari kekuatan dalam, drive, atau motivasi. Menurut Skinner, variabilitas
intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variabel lingkungan (environmental
variable). Orang yang lapar dan bersemangat makan banyak bukan karena
dorongan atau drive laparnya besar, tetapi karena perutnya kosong, lama tidak
makan, atau kondisi lainnya.
C. Dinamika
Kepribadian
- Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari skinner adalah mengenai tingkah laku. Jadi hakekat
teori skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkahlaku
baru, menjadi lebih trampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan yang terus menerus
dihadapkan pada situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar
merespon situasi yang baru itu dengan respon lama atau respon yang baru
dipelajari itu. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkahlaku
adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement),
suatu strategi kegiatan yang membuat tingkahlaku berpeluang untuk terjadi atau
sebaliknya pada masa akan datang. Strategi itu bentuk dasarnya ada dua,
kondisioning klasik dan kondisioning operan
a.
Kondisioning Klasik (classical conditioning)
Kondisioning klasik disebut juga kondisioning
responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan
stimulus-respon yang bersifak reflek bawaan. Penelitian mengenai kondisioning
klasik pertama tama dilakukan oleh ivan pavlov. Suatu stimulus yang memunculkan
respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang
sama untuk memunculkan respon reflek.
b.
Kondisioning Operan (operant conditioning)
Kondisioning Operan merupakan konsep
paling radikal dari Skinner. Konsep ini telah menghinggapi hampir setiap ranah
psikologi dengan dialektika yang bervariasi. Kondisioning operan Skinner
sepintas mirip dengan Pengkondisian Klasik dari Pavlov, namun berbeda dalam hal
faktor penguat atau reinforcernya.
Dalam kondisioning operan, Skinner menggunakan sebuah
kotak (kotak Skinner), yang didalamnya terdapat alat pengungkit yang
berhubungan dengan penyaji makanan. Jika alat ini terinjak, maka akan keluar
makanan. Kotak percobaan ini diisolasi sedemikian rupa agar variabel-variabel
dari luar yang dapat mengganggu atau mempengaruhi tikus percobaan tidak masuk
(Koswara, 1991).
Selain tikus yang digunakan sebagai objek penelitian,
Skinner juga menggunakan merpati sebagai objek penelitiannya. Dalam
penelitiannya ini, Skinner menggunakan Teknik Pendekatan Berangsur (successive approximation), dimana merpati diarahkan untuk melakukan
perilaku tertentu secara bertahap hingga melakukan perilaku yang menjadi tujuan
akhir dari percobaannya. Lebih jauh, dengan teknik tersebut, tingkah laku juga
lama juga dapat dihilangkan (extinction).
Cara termudah dalam melakukan ekstinsi adalah dengan menghilangkan stimulus
penguat (reinforcer) tingkah
laku tersebut.
Tingkah laku operan tidak langsung diperoleh dalam
satu paket latihan. Biasanya dia dipelajari secara bertahap, sedikit demi
sedikit. Bahkan untuk mengajarkan seekor merpati mematuk-matuk piring yang
ditempel di dinding, seperti diuraikan Skinner (dalam Crain, 2007) harus dibentuk
secara bertahap. Melalui tahapan-tahapan tersebut kita dapat membentuk perilaku
(respon) sesuai dengan yang diinginkan.
Skinner (dalam Jarvis, 2006) mengidentifikasi tiga
bentuk respons atau operan yang mengikuti suatu perilaku, yaitu:
a. Operan netral,
yaitu respons dari lingkungan yang tidak dapat menambah atau mengurangi
probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
b. Penguat (reinforcers), yaitu respons dari
lingkungan yang tidak dapat menambah probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
c. Penghukum (punishers), yaitu respons dari
lingkungan yang mengurangi probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
2. Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement merupakan bagian yang sangat
penting dalam kondisioning operan. Reinforcement
sangat menentukan perilaku yang muncul dalam kondisioning operan. Reinforcement dapat bersifat positif
maupun bersifat negatif . reinforcement
positif, yaitu reinforcement apabila
diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons dan (b) reinforcement negatif , yaitu sesuatu
apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan probabilitas respons.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa reinforcement
negatif itu sebenarnya adalah hukuman atau punishment. Reinforcement
positif maupun negatif terdiri atas reinforcement
primer dan reinforcement
skunder. Reinforcement primer
adalah berkaitan dengan keadaan yang alami, misalnya makanan merupakan reinforcement positif primer, dan
aliran listrik merupakan reinforcement
negatif primer (dalam eksperimen Skinner). Reinforcement positif skunder misalnya bunyi bel–karena bunyi
bel merupakan force signal
datangnya makanan-dan sinar lampu sebagai reinforcement negatif skunder karena sinar lampu sebagai force signal datangnya aliran listrik
(Walgito, 2004).
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penguatan, agar eksperimen
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan perilaku yang dihasilkan sesuai
dengan perencanaan awal. Penguatan diberikan berdasarkan skejul berikut ini,
yaitu:
a. Penguat
berkelanjutan (continuous reinforcement), dimana setiap
perilaku yang muncul diberi penguatan. Pemberian penguat ini dapat diatur
dengan interval yang proporsional.
b. Interval
tetap (fixed interval), yaitu pemberian penguatan
secara teratur dalam interval waktu tertentu.
c. Interval
berubah (variable interval), yaitu memberi reinforsemen
dalam waktu yang tidak tetap, tetapi jumlah rata-rata penguat yang diberikan
sama dengan pengaturan tetap.
d. Perbandingan
tetap (fixed ratio), yaitu mengatur pemberian
penguatan setelah respon yang dikehendaki muncul untuk kesekian kalinya.
e. Perbandingan
berubah (variable ratio), yaitu memberikan penguatan secara acak.
3. Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi stimulus (stimulus generalization)
adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang
mestinya menimbulkan respons itu. Sedangkan diskriminasi stimulus (stimulus discrimination) adalah kemampuan untuk membedakan stimulus,
sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang
diberi penguat. Generalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana
belajar, karena jika keduanya tidak ada, maka proses belajar tidak dapat
dilakukan (Alwisol, 2006).
4.
Tingkahlaku Kontrol Diri
Prinsip
dasar pendekatan skinner adalah tingkahlaku disebabkan dan dipengaruhi oleh
variabel eksternal. Tidak ada sesuatu dalam diri manusia, tidak ada bentuk
kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkahlaku. Namun betapapun kuatnya
stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses
kontrol diri (self control). Tingkah laku tetap ditentukan oleh variabel luar,
namun dengan memakai cara kontrol diri berikut, pengaruh variabel itu dapat
diperbaiki-diatur atau dikontrol:
a. Memindah
/ Menghindar (Removing/Avoiding)
Menghindar dari situasi pengaruh
atau menjauhkan situasi pengaruh sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus.
Pengaruh buruk teman sebaya yang jahat dihilangkan dengan menghindar atau
menjauh dari pergaulan dengan mereka. Orang yang diet, membuang semua manisan
sehingga tidak merangsang dirinya untuk menyantap.
b. Penjenuhan
(Station)
Membuat diri jenuh dengan suatu
tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya. Seoarang perokok
menghisap rokok secara terus menerus berlebihan, sampai akhirnya menjadi jenuh,
sigaret dan pemantik api tidak lagi merangsangnya untuk menghisap rokok.
c. Stimuli
yang tidak disukai (Aversive stimuli)
Menciptakan stimulus yang tidak
menyenangkan yang ditimbulkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol. Pemabuk
yang ingin menghidari alkohol atau orang yang melakukan diet, mengumumkan
keinginannya kepada teman disekitarnya. Setiap kali ia minum alkohol atau
ngemil dia akan menanggung resiko dikritik lingkungan dan malu akan
kegagalannya.
d. Memperkuat
diri (Reinforce Oneself)
Memberi reinforsemen kepada diri
sendiri, terhadap prestasi dirinya. Janji untuk memberi celana baru atau nonton
film (dengan uang tabungan sendiri) kalau ternyata dapat belajar dan prestasi.
Kebalikan dari memperkuat diri adalah menghukum diri (self punishment), bisa
berwujud mengunci diri dalam kamar sampai memukulkan kepala ke dinding berulang
kali.
5.
Tingkahlaku Takhyul (Superstitious
Behavior)
Suatu
respon dapat berhubungan dengan penguatannya secara kebetulan, tanpa menunjukan
hubungan sebab akibat yang jelas, walaupun respon itu tidak nyata-nyata
menghasilkan reinforsemen yang dimaksud, ternyata hubungannya sangat kuat.
Tingkahlaku semacam itu disebut superstitious behavior. Tingkah laku tahyul
banyak ditemui masyarakat primitif, tetapi juga ada pada masyarakat modern.
Penduduk primitif menari untuk meminta hujan (mereka percaya ritual menari
mendatangkan hujan, dan ternyata kebetulan sekali terjadi hujan sesuadah
upacara menari). Atlit tenis bersih keras memakai raket yang membuatnya menang,
atau artis yang selalu memakai kaos kaki tua karena kaus kaki itu dianggapnya
membawa keberuntungan.
D. Perkembangan
Kepribadian
Konsep perkembangan kepribadian
dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas
kepribadian tidak diterima skinner. Memang ada kemasakan fisik yang membuat
orang jadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan
tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang sifatnya universal sesungguhnya
memungkinkan penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian, namun tidak
dilakukan skinner karena ia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam
membentuk tingkah laku. Adolsen menjadi berminat mengenai seksualita bukan
karena perkembangan kepribadiannya sampai pada tahap kemasakan insting seks
yang meruah, tetapi karena kemasakan organ seks membuat adolsen peka dengan
stimulasi seksual, dan lingkungan sosial memberi kesempatan kepadanya untuk menerima
stimulu seks sebanyak-banyaknya.
E.
Evaluasi
1. Tingkah Laku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku abnormal berkembang dengan prinsip
yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya
tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara
sederhana,yakni dengan memanipulasi lingkungan. Konsep impuls id yang tertekan,
inferiority complexes, anxiety, ego defence, krisis identitas, konflik eg-superego, adalah
penjelasan yang mengkhayal. Kelainan tingkah laku itu adalah kegagalan belajar
membuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
1. Kekurangan
tingkah laku (behavior deficit);
tidak memiliki repertoir respon yang dikehendaki karena miskin reinforsmen.
2. Kesalahan
penguatan (schedule reinforcement
error); pilihan responnya tepat, tetapi reinforsemen diterima secara
tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
3. Kesalahan
memahami stimulus (failure in
discriminating stimulus); sering terjadi pada pada penderita skizoprenia
dan psikotik lainnya, yakni orang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada
stimulus, sehingga stimulus, yang benar dihubungkan dengan dengan hukuman dan
yang salah malahan dihubungkan dengan reinforsemen. Akibatnya akan terjadi
pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
4. Merespon
secara salah (inapropriate set of
response); terkait dengan ketidakmampuan mengenali penanda spesifik
suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru
respon it yang mendapat reinforsemen.
Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku abormal harus dipahami melalui sejarah
reinforsemen yang diterima seseorang. Tingkah laku abnormal itu dapat diganti
dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi reinforsemen lingkungan,
mengikuti kondisioning operan dan kondisoning operan.
2. Modifikasi Tingkah Laku
Modifikasi perilaku-sering juga disebut B-mod-adalah teknik terapi yang
didasarkan pada karya-karya Skinner. Cara kerjanya sangat sederhana:
menghentikan perilaku yang tidak diingini (dengan cara menghilangkan penguat)
dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati dengan penguatan. Teknik ini
telah digunakan di semua jenis persoalan psikologis-kecanduan, neurosis, sifat
pemalu, autis, bahkan skizofrenia-dan lebih efektif jika ditujukan pada
anak-anak. Ada gejala psikotik yang pernah dialami seseorang di masa lalu tapi
tidak pernah dikomunikasikan pada siapapun,seolah-olah kehidupannya berjalan
normal.
Salah satu cabang dari b-mod disebut ekonomi tanda (token economy). Teknik ini banyak
dipakai di lembaga-lembaga seperti rumah sakit jiwa, panti untuk remaja
bermasalah dan penjara. Ada aturan-aturan tertentu yang berlaku di sebuah
institusi secara eksplisit, dan mereka yang menaati peraturan ini akan
dihadiahi tanda-tanda tertentu yang berlaku di sebuah institusi secara
eksplisit, dan mereka yang menaati peraturan ini akan dihadiahi tanda-tanda
tertentu, seperti kartu poker, tiket uang mainan, buku saku dan sebagainya.
Sementara perilaku yang tidak menuruti aturan diganjar dengan tidak
diberikannya tanda-tanda ini. Ada juga tanda-tanda yang yang bisa “diperdagangkan”
sesama penghuni lembaga tersebut, seperti permen, rokok, permainan, tiket film,
jam istirahat, dan sebagainya. Cara ini sangat efektif dalam menciptakan
keteraturan di lembaga-lembaga yang “kacau” seperti rumah sakit jiwa atau
penjara.(Boeree, 2007)
F.
No comments:
Post a Comment