Sunday, March 24, 2013

Operan Kondisioning Menurut B.F.Skinner



A.    Asumsi Dasar Skiner
Skiner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi semua merupakan asumsi pendekatan ilmiah.
1.      Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu  berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.      Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu, tetapi juga peristiwa akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.

3.      Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk sedikit/banyak tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi juga ia sangat berkeinginan memanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedangkan pandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri secara spontan.
B.     Struktur Kepribadian
Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku, yaitu:
1. Tingkah laku responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melhat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.
2. Tingkah laku operan (operant behavior); respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadinya proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang mengikuti respon itu.
Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian elemen struktural. Dalam situasi yang sama, tingkah laku seseorang dapat berbeda-beda kekuatan dan intensitasnya. Namun, hal itu tidak harus diartikan sebagai akibat dari kekuatan dalam, drive, atau motivasi. Menurut Skinner, variabilitas intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variabel lingkungan (environmental variable). Orang yang lapar dan bersemangat makan banyak bukan karena dorongan atau drive laparnya besar, tetapi karena perutnya kosong, lama tidak makan, atau kondisi lainnya.
C.     Dinamika Kepribadian
  1. Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari skinner adalah mengenai tingkah laku. Jadi hakekat teori skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkahlaku baru, menjadi lebih trampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan yang terus menerus dihadapkan pada situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar merespon situasi yang baru itu dengan respon lama atau respon yang baru dipelajari itu. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkahlaku adalah dengan  melakukan penguatan (reinforcement), suatu strategi kegiatan yang membuat tingkahlaku berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa akan datang. Strategi itu bentuk dasarnya ada dua, kondisioning klasik dan kondisioning operan
a.       Kondisioning Klasik (classical conditioning)
Kondisioning klasik disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifak reflek bawaan. Penelitian mengenai kondisioning klasik pertama tama dilakukan oleh ivan pavlov. Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan respon reflek.
b.      Kondisioning Operan (operant conditioning)
Kondisioning Operan merupakan konsep paling radikal dari Skinner. Konsep ini telah menghinggapi hampir setiap ranah psikologi dengan dialektika yang bervariasi. Kondisioning operan Skinner sepintas mirip dengan Pengkondisian Klasik dari Pavlov, namun berbeda dalam hal faktor penguat atau reinforcernya.
Dalam kondisioning operan, Skinner menggunakan sebuah kotak (kotak Skinner), yang didalamnya terdapat alat pengungkit yang berhubungan dengan penyaji makanan. Jika alat ini terinjak, maka akan keluar makanan. Kotak percobaan ini diisolasi sedemikian rupa agar variabel-variabel dari luar yang dapat mengganggu atau mempengaruhi tikus percobaan tidak masuk (Koswara, 1991).
Selain tikus yang digunakan sebagai objek penelitian, Skinner juga menggunakan merpati sebagai objek penelitiannya. Dalam penelitiannya ini, Skinner menggunakan Teknik Pendekatan Berangsur (successive approximation), dimana merpati diarahkan untuk melakukan perilaku tertentu secara bertahap hingga melakukan perilaku yang menjadi tujuan akhir dari percobaannya. Lebih jauh, dengan teknik tersebut, tingkah laku juga lama juga dapat dihilangkan (extinction). Cara termudah dalam melakukan ekstinsi adalah dengan menghilangkan stimulus penguat (reinforcer) tingkah laku tersebut.
Tingkah laku operan tidak langsung diperoleh dalam satu paket latihan. Biasanya dia dipelajari secara bertahap, sedikit demi sedikit. Bahkan untuk mengajarkan seekor merpati mematuk-matuk piring yang ditempel di dinding, seperti diuraikan Skinner (dalam Crain, 2007) harus dibentuk secara bertahap. Melalui tahapan-tahapan tersebut kita dapat membentuk perilaku (respon) sesuai dengan yang diinginkan.
Skinner (dalam Jarvis, 2006) mengidentifikasi tiga bentuk respons atau operan yang mengikuti suatu perilaku, yaitu:
a. Operan netral, yaitu respons dari lingkungan yang tidak dapat menambah atau mengurangi probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
b. Penguat (reinforcers), yaitu respons dari lingkungan yang tidak dapat menambah probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
c. Penghukum (punishers), yaitu respons dari lingkungan yang mengurangi probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
2.      Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement merupakan bagian yang sangat penting dalam kondisioning operan. Reinforcement sangat menentukan perilaku yang muncul dalam kondisioning operan. Reinforcement dapat bersifat positif maupun bersifat negatif . reinforcement positif, yaitu reinforcement apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons dan (b) reinforcement negatif , yaitu sesuatu apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan probabilitas respons. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa reinforcement negatif itu sebenarnya adalah hukuman atau punishment. Reinforcement positif maupun negatif terdiri atas reinforcement primer dan reinforcement skunder. Reinforcement primer adalah berkaitan dengan keadaan yang alami, misalnya makanan merupakan reinforcement positif primer, dan aliran listrik merupakan reinforcement negatif primer (dalam eksperimen Skinner). Reinforcement positif skunder misalnya bunyi bel–karena bunyi bel merupakan force signal datangnya makanan-dan sinar lampu sebagai reinforcement negatif skunder karena sinar lampu sebagai force signal datangnya aliran listrik (Walgito, 2004).
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penguatan, agar eksperimen yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan perilaku yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan awal. Penguatan diberikan berdasarkan skejul berikut ini, yaitu:
a. Penguat berkelanjutan (continuous reinforcement), dimana setiap perilaku yang muncul diberi penguatan. Pemberian penguat ini dapat diatur dengan interval yang proporsional.
b. Interval tetap (fixed interval), yaitu pemberian penguatan secara teratur dalam interval waktu tertentu.
c. Interval berubah (variable interval), yaitu memberi reinforsemen dalam waktu yang tidak tetap, tetapi jumlah rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan tetap.
d. Perbandingan tetap (fixed ratio), yaitu mengatur pemberian penguatan setelah respon yang dikehendaki muncul untuk kesekian kalinya.
e. Perbandingan berubah (variable ratio), yaitu memberikan penguatan secara acak.
3.      Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi stimulus (stimulus generalization) adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respons itu. Sedangkan diskriminasi stimulus (stimulus discrimination) adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat. Generalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar, karena jika keduanya tidak ada, maka proses belajar tidak dapat dilakukan (Alwisol, 2006).
4.      Tingkahlaku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan skinner adalah tingkahlaku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada sesuatu dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkahlaku. Namun betapapun kuatnya stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses kontrol diri (self control). Tingkah laku tetap ditentukan oleh variabel luar, namun dengan memakai cara kontrol diri berikut, pengaruh variabel itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol:
a.       Memindah / Menghindar (Removing/Avoiding)
Menghindar dari situasi pengaruh atau menjauhkan situasi pengaruh sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus. Pengaruh buruk teman sebaya yang jahat dihilangkan dengan menghindar atau menjauh dari pergaulan dengan mereka. Orang yang diet, membuang semua manisan sehingga tidak merangsang dirinya untuk menyantap.
b.      Penjenuhan (Station)
Membuat diri jenuh dengan suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya. Seoarang perokok menghisap rokok secara terus menerus berlebihan, sampai akhirnya menjadi jenuh, sigaret dan pemantik api tidak lagi merangsangnya untuk menghisap rokok.
c.       Stimuli yang tidak disukai (Aversive stimuli)
Menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol. Pemabuk yang ingin menghidari alkohol atau orang yang melakukan diet, mengumumkan keinginannya kepada teman disekitarnya. Setiap kali ia minum alkohol atau ngemil dia akan menanggung resiko dikritik lingkungan dan malu akan kegagalannya.
d.      Memperkuat diri (Reinforce Oneself)
Memberi reinforsemen kepada diri sendiri, terhadap prestasi dirinya. Janji untuk memberi celana baru atau nonton film (dengan uang tabungan sendiri) kalau ternyata dapat belajar dan prestasi. Kebalikan dari memperkuat diri adalah menghukum diri (self punishment), bisa berwujud mengunci diri dalam kamar sampai memukulkan kepala ke dinding berulang kali.
5.      Tingkahlaku Takhyul (Superstitious Behavior)
Suatu respon dapat berhubungan dengan penguatannya secara kebetulan, tanpa menunjukan hubungan sebab akibat yang jelas, walaupun respon itu tidak nyata-nyata menghasilkan reinforsemen yang dimaksud, ternyata hubungannya sangat kuat. Tingkahlaku semacam itu disebut superstitious behavior. Tingkah laku tahyul banyak ditemui masyarakat primitif, tetapi juga ada pada masyarakat modern. Penduduk primitif menari untuk meminta hujan (mereka percaya ritual menari mendatangkan hujan, dan ternyata kebetulan sekali terjadi hujan sesuadah upacara menari). Atlit tenis bersih keras memakai raket yang membuatnya menang, atau artis yang selalu memakai kaos kaki tua karena kaus kaki itu dianggapnya membawa keberuntungan.
D.    Perkembangan Kepribadian
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima skinner. Memang ada kemasakan fisik yang membuat orang jadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang sifatnya universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan skinner karena ia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku. Adolsen menjadi berminat mengenai seksualita bukan karena perkembangan kepribadiannya sampai pada tahap kemasakan insting seks yang meruah, tetapi karena kemasakan organ seks membuat adolsen peka dengan stimulasi seksual, dan lingkungan sosial memberi kesempatan kepadanya untuk menerima stimulu seks sebanyak-banyaknya.
E.     Evaluasi
1.      Tingkah Laku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana,yakni dengan memanipulasi lingkungan. Konsep impuls id yang tertekan, inferiority complexes, anxiety, ego defence, krisis identitas, konflik eg-superego, adalah penjelasan yang mengkhayal. Kelainan tingkah laku itu adalah kegagalan belajar membuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
1. Kekurangan tingkah laku (behavior deficit); tidak memiliki repertoir respon yang dikehendaki karena miskin reinforsmen.
2. Kesalahan penguatan (schedule reinforcement error); pilihan responnya tepat, tetapi reinforsemen diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
3. Kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus); sering terjadi pada pada penderita skizoprenia dan psikotik lainnya, yakni orang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus, yang benar dihubungkan dengan dengan hukuman dan yang salah malahan dihubungkan dengan reinforsemen. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
4. Merespon secara salah (inapropriate set of response); terkait dengan ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru respon it yang mendapat reinforsemen.
Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku abormal harus dipahami melalui sejarah reinforsemen yang diterima seseorang. Tingkah laku abnormal itu dapat diganti dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi reinforsemen lingkungan, mengikuti kondisioning operan dan kondisoning operan.
2. Modifikasi Tingkah Laku
Modifikasi perilaku-sering juga disebut B-mod-adalah teknik terapi yang didasarkan pada karya-karya Skinner. Cara kerjanya sangat sederhana: menghentikan perilaku yang tidak diingini (dengan cara menghilangkan penguat) dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati dengan penguatan. Teknik ini telah digunakan di semua jenis persoalan psikologis-kecanduan, neurosis, sifat pemalu, autis, bahkan skizofrenia-dan lebih efektif jika ditujukan pada anak-anak. Ada gejala psikotik yang pernah dialami seseorang di masa lalu tapi tidak pernah dikomunikasikan pada siapapun,seolah-olah kehidupannya berjalan normal.
Salah satu cabang dari b-mod disebut ekonomi tanda (token economy). Teknik ini banyak dipakai di lembaga-lembaga seperti rumah sakit jiwa, panti untuk remaja bermasalah dan penjara. Ada aturan-aturan tertentu yang berlaku di sebuah institusi secara eksplisit, dan mereka yang menaati peraturan ini akan dihadiahi tanda-tanda tertentu yang berlaku di sebuah institusi secara eksplisit, dan mereka yang menaati peraturan ini akan dihadiahi tanda-tanda tertentu, seperti kartu poker, tiket uang mainan, buku saku dan sebagainya. Sementara perilaku yang tidak menuruti aturan diganjar dengan tidak diberikannya tanda-tanda ini. Ada juga tanda-tanda yang yang bisa “diperdagangkan” sesama penghuni lembaga tersebut, seperti permen, rokok, permainan, tiket film, jam istirahat, dan sebagainya. Cara ini sangat efektif dalam menciptakan keteraturan di lembaga-lembaga yang “kacau” seperti rumah sakit jiwa atau penjara.(Boeree, 2007)
F.      

No comments:

Post a Comment