Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)
Benerlah siapa yang ingin menikah maka luruskan niat kita dulu. Niat
menikah tentunya karena Allah SWT karena menikah adalah ibadah. Karena
menikah juga merupakan perintahNya. Coba kawan dicek dalam Al-Qur’an
surah An-Nur ayat 32. “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di
antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kaurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nur : 32).
Oya nikah juga merupakan sunah Nabi, jadi dalam proses nikah hingga
pasca pernikahan nanti kita wajib mencontoh Nabi. Contohnya ketika
diawal memilih pasangan hidup menurut Nabi hendaknya yang dipilih adalah
agamanya, kemudian pada saat walimatul ursy sebaiknya tidak berlebihan
karena kita tahu Nabi mengajarkan kita untuk selalu bersikap hidup
sederhana (tidak boros) dan dalam berumah tangga hendaknya kita
membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW. Begitu kawan. Setuju yah.
Sikap Saling terbuka (Mushorohah)
Sikap saling terbuka disini yang saya pahami adalah ketika sudah
menjadi suami dan istri maka hal–hal yang sebelumnya haram menjadi
halal. Misalnya secara fisik kita sudah halal untuk bersentuhan. Selain
itu juga sikap saling keterbukaan ini dapat memupuk sikap saling percaya
(tsiqoh) diantara suami dan istri karena adanya rasa keinginan saling
mengenal satu dengan yang lainnya entah itu sifat kepribadian,
kebiasaan, kesenangan, ketidaksukaan sehingga suami/istri merasa nyaman.
Sikap toleran (Tasamuh)
Sudah pasti ketika berumah tangga suami dan istri memiliki kebiasaan,
pemikiran yang berbeda-beda sehingga akan timbul konflik/perdebatan
dalam rumah tangga. Sehingga sikap toleran ini sangat penting bagi
kehidupan suami istri untuk memujudkan keluarga yang tetap harmonis. Dan
dalam hal ini sikap toleran juga menuntut adanya sikap saling
memaafkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al Afwu yaitu memaafkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu memaafkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfiroh yaitu memintakan ampun pada Allah untuk oran lain.
Komunikasi
Komunikasi ini sangat penting karena dengan komunikasi katanya akan
meningkatkan sikap saling cinta antar pasangan. Komunikasi juga untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman. Karena saya juga melihat beberapa
keluarga yang tetap harmonis kuncinya adalah komunikasi yang tetap
terjaga dan tidak pernah putus hmm. Apalagi bagi suami dan istri yang
memiliki kesibukan masing-masing, sehingga dengan komunikasi ini
memberikan rasa perhatian, saling mendengar, dan memberikan respon.
Zaman sekarang komunikasi sudah cukup canggih bisa via telephone, email,
whats app, skype, dan sebagainya.
Oya point komunikasi ini bisa mengingatkan kita kepada kisah
keluaraga Ibrahim As. Dalam surah As-Shaaffat ayat 102. “Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:
“Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As-Shaaffat: 102).
Ibroh yang dapat diambil dari ayat tersebut adalah komunikasi timbal
balik antara orang tua dengan anak. Nabi Ibrahim mengutarakan
pendapatnya dengan bahasa dialog bukan menetapkan keputusannya sendiri,
sehingga adanya keyakinan yang kuat kepada Allah, adanya tunduk dan
patuh atas perintah Allah dan adanya tawakal kepada Allah SWT, sehingga
Allah menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.
Sabar dan syukur
Yah, sabar dan syukur dalam berumah tangga memang sangat dianjurkan.
Pasalnya setiap ujian dalam berumah tangga harus disikapi dengan rasa
sabar seperti pada pasangan suami/istri terdapat kekurangan/kelemahan
sehingga perlu disikapinya dengan sabar. Kemudian disikapi rasa syukur
atas rezeki yang Allah berikan kepada suami dan tidak banyak menuntut
khusus untuk istri karena kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita,
disebabkan istri yang kurang bersyukur terhadap pemberian suaminya. Dan
apabila kita bersyukur maka Allah akan melebihkan nikmatNya lagi untuk
kita. Bisa dilihat dalam firman Allah surah Ibrahim ayat 7: “Dan
(ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih” (QS.Ibrahim : 7).
Sikap yang santun dan bijak
Sikap santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam
berinteraksi kehidupan berumah tangga ini perlu dilakukan karena akan
menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Sehingga suasana ini membuat
penghuni rumah betah tinggal di rumah. Sebagaimana ungkapan bahwa
“Rumahku adalah Syurgaku” bukan berarti fasilitas yang lengkap dan rumah
tinggal yang luas akan tetapi ada suasana interaktif antar keluarga;
suami istri dan anak-anak yang penuh kesantunan dan bijaksana. Sehingga
menimbulkan suasana yang penuh keakraban, kedamaian, dan cinta kasih
antar keluarga.
Oya sikap santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang
mapan. Ketika kondisi ruhiyah seorang itu labil maka ada kecenderungan
bersikap emosional dan marah, karena syetan akan mudah mempengaruhinya.
Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar jangan
mudah marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah maka bersegeralah
menahan diri dengan beristighfar dan mohon perlindungan kepada Allah
dengan (taawudz billah), bila masih merasa marah maka hendaknya berwudhu
dan mendirikan sholat. Karena sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat
tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang
dimarahi. Oleh sebab itu dalam berumah tangga harus ada saling memaafkan
bila terjadi kemarahan dan Allah menyukai orang yang suka memaafkan.
Kuatnya hubungan dengan Allah
Sudah pasti kalau kita menginginkan rumah tangga yang tetap harmonis,
hubungan kita dengan Allah harus diperkuat, karena dengan begitu akan
menghasilkan keteguhan hati (kemampanan ruhiyah), sebagaimana dalam
firman Allah disurah Ar-Rad’u ayat 28 “ (yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Rad’u : 28)
Rasulullah SAW juga selalu memanjatkan doa agar mendapatkkan keteguhan hati : Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thooatika” (Wahai yang membolak-bailikan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’atiMu).
Kedekatan kita dengan Allah bisa dimulai dengan membiasakan dalam
keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap seperti
tilawah, shaum, tahajud, Duha, doa, infaq, doa, matsurat, dan
sebagainnya. Karena tanpa adanya kedekatan dengan Allah mustahil
seseorang dapat mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia
Sunday, October 13, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment